24 Februari 2008

SPOILER !!! Film Ayat-Ayat Cinta (sebuah laporan pandangan mata)


Setelah berkali-kali tertunda sejak 19 Desember lalu, akhirnya Film Ayat-Ayat Cinta (AAC) jadi juga saya tonton tadi malam (22/02/08). Jadual tayang resminya baru akan dilakukan serentak tgl 28 mendatang. Karena masih premier, konsekuensinya saya harus rela menonton agak malam dan juga harus merogoh kocek agak lebih dalam dari biasanya hehehe. Saya coba tulis apa yang saya lihat dengan seminimal mungkin komentar dari saya. Selamat menikmati …


Opening

Film diawali dengan animasi MD Pictures, kemudian scene memperlihatkan padang pasir yang artistik lengkap dengan untanya. Walaupun belum pernah ke Kairo setidaknya gambaran ini tidak jauh berbeda seperti di buku. Scene berpindah ke suasana pasar tradisional di Mesir yang padat. Lalu muncul tokoh Fahri yang mendatangi flat Maria untuk meminta tolong memperbaiki computer miliknya yang tiba-tiba hang. Mereka menuju ke flat Fahri, di sini diperlihatkan beberapa adegan lucu mengenai kekikukan teman-teman seflat Fahri akan kedatangan Maria. Komputer Fahri ternyata terkena virus dan dead line untuk tesis Fahri tinggal 3 hari lagi dan data tersebut belum sempat diback up. Setelah itu diperlihatkan adegan-adegan Maria plus seluruh teman seflat Fahri yang membantu Fahri menyelesaikan tesisnya. Hanung mencoba memperlihatkan kedekatan tokoh Maria dengan Fahri dan teman-temannya. Setelah itu ada adegan Maria menitip CD ke fahri dengan keranjang dari flatnya (adegan ini banyak yang menunggu-nunggu lho). Setting saat itu dibuat benar-benar panas dan berdebu.


Talaqi

Adegan berpindah ke talaqi Fahri bersama Syekh Usman. Fahri saat itu melafadzkan Surah Arrahman. Setting sudah cukup mendukung, tapi tokoh Syekh Usman agak mengganjal buat saya, walupun terlihat bijak dan arif namun wajahnya sangat asia. Bukankah beliau seharusnya asli orang Mesir? (CMIIW- Correct Me If I’m Wrong)


Peristiwa di dalam Trem

Sepulang talaqi diperlihatkan suasana trem ala Mesir yang penuh sesak penumpang. Fahri sedang asyik mengulang-ulang hapalannya ketika tanpa sengaja ia bertemu salah seorang teman yang telah dikenalnya, mereka pun akhirnya asyik berbincang tentang bola. Ketika itu naik seorang bule Amerika (Alicia) bersama dengan ibunya yang terlihat basah oleh keringat. Tak seorang pun penumpang trem yang memberikan duduk bagi sang Ibu hingga akhirnya seorang perempuan bercadar (Aisha) memberikan tempat duduk bagi sang ibu bule tersebut. Di sini seorang penumpang berkulit hitam yang sangat terusik dengan sikap Aisha langsung menghardik Aisha atas apa yang telah dilakukannya terhadap si Ibu bule tersebut. Aisha terlihat membela diri dan terjadi selanjutnya pertengkaran mulut yang cukup mengundang perhatian seluruh penumpang. Fahri datang tepat ketika si kulit hitam nyaris menampar Aisha. Kali ini Fahri mencoba menengahi yang ternyata malah membuat si hitam semakin kalap, teman Fahri menjelaskan bahwa Fahri adalah mahasiswa Al Azhar dan murid talaqi Syekh Usman. Walau pun demikian akhirnya Fahri mendapat bogem mentah dari si hitam. (Adegan ini juga banyak ditunggu, jelas hasilnya agak berbeda dengan versi novel)

Adegan berpindah keluar trem, Alicia dan Ibunya mengucapkan terima kasih kepada Fahri. Diperlihatkan adegan Fahri menolak dengan halus jabatan tangan Alicia dan mencoba menjelaskan ini bagian dari ajaran Islam. Mereka bertukar kartu nama. Dibelakangnya Aisha juga berterima kasih ke Fahri sambil memperkenalkan diri. Percakapan mereka beralih ke dalam bahasa Jerman yang merupakan negeri asal Aisha. Adegan ini juga diakhiri dengan pertukaran kartu nama. Bahasa tubuh Aisha (mata) memperlihatkan mulai timbulnya rasa simpati kepada Fahri.
Adegan berlanjut di rumah Aisha. Dia bertanya perihal mahasiswa Indonesia ke pamannya (Eqbal Erbakan) dengan agak malu dan sedikit manja.


Wisma Nusantara dan Nurul

Scene berpindah ke Wisma Nusantara, tempat berkumpulnya mahasiswa Indonesia di Kairo. Di sini diperlihatkan seorang mahasiswi memberikan sepucuk surat ke Fahri, hal ini disaksikan oleh seorang mahasiswi lainnya (Nurul, ketua keputrian mahasiswi Indonesia). Setelah bertegur sapa antara Fahri dan Nurul adegan dilanjutkan dengan syuro (rapat). Di sini diperlihatkan Fahri yang memimpin syuro tersebut. Diselipkan pula adegan para mahasiswi yang membincangkan dan mengagumi Fahri di tengah-tengah syuro.


Tawaran Syekh Usman

Scene kembali ke ruang talaqi, ketika Fahri memberikan surat yang ia terima dari mahasiswi tadi ke Syekh Usman. Terlihat bahwa ini bukan yang pertama kali Fahri menerima surat dari wanita. Syekh Usman pun memberikan nasihat agar menyegerakan menikah kepada Fahri. Beliau pun menawarkan seorang wanita shaliha yang siap menikah yang merupakan sepupu salah seorang muridnya. Ekspresi terkejut dan bingung diperlihatkan oleh Fahri. Hingga adegan berlanjut ke percakapan antara Fahri dan salah seorang teman flatnya, Syaiful. Fahri menanyakan tawaran Syekh Usman kepada dirinya untuk melakukan taaruf. Di sini diperkenalkan makna taaruf melalui dialog keduanya, bagaimana Islam begitu meninggikan hubungan antara pria dan wanita dalam aturan yang indah dan penuh makna (semoga adegan ini mengena ke penonton, amien)

Peristiwa Tengah Malam

Di tengah malam, Noura tetangga flat Fahri tengah disiksa dan diusir ayahnya, Bahadur. Seperti di novel, Fahri yang melihat ini langsung meminta tolong Maria via hp agar membantu dan menolong Noura. Malam itu Noura bermalam di tempat Maria. Selanjutnya sebelum Subuh mereka bertiga ke tempat Nurul untuk menitipkan Noura.
Atas cerita Noura diketahui bahwa ia bukanlah anak kandung Bahadur. Ia tertukar ketika bayi di rumah sakit. Atas bantuan seorang ustadz muda sahabat Fahri yang memiliki teman di intelejen, akhirnya Noura berhasil dipertemukan dengan kedua orang tua aslinya. Di sini juga dipelihatkan Noura memberikan surat secara langsung kepada Fahri.


Alicia dan Aisha

Selanjutnya adegan ketika Alicia yang ternyata seorang jurnalis kembali bertemu dengan Fahri. Alicia diteman Aisha bertanya tentang kedudukan wanita dalam Islam. Perbincangan berjalan serius mengenai topic tersebut. Di akhir adegan ini terungkap bahwa Paman Aisha, Eqbal Erbakan merupakan senior Fahri belajar ke Syekh Usman. Mereka telah saling kenal.

Ibunda Fahri melalui telepon menanyakan perihal jodoh ini ke Fahri, beliau memberikan kebebasan sepenuhnya ke Fahri.

Ada selipan adegan percakapan berdua antara Fahri dan Maria di atas jembatan yang membelah Sungai Nil. Keduanya diperlihatkan sebagai sahabat yang dekat, namun pandangan mata Maria memperlihatkan lebih dari itu.


Taaruf Time …!

Scene kali ini adalah di rumah Eqbal Erbakan, Fahri tengah taaruf. Fahri memperlihatkan wajah gugup luar biasa. Sosok yang hadir saat itu Syekh Usman dan istri juga Eqbal Erbakan. Istri Eqbal belakangan keluar untuk memperkenalkan Aisha. Suasana menggelitik terjadi ketika Aisha dipersilakan membuka cadarnya untuk memperlihatkan wajahnya ke Fahri.


Pernikahan

Selanjutnya alur dibuat cepat ketika akhirnya Fahri menikahi Aisha. Di sana diperlihatkan bagaimana hancurnya hati Nurul. Pesta pernikahan ini tidak dihadiri Maria yang saat itu tengah berlibur ke rumah neneknya.


Bulan Madu

Malam setelah menikah Fahri dan Aisah kini tinggal di flat milik Ibu Aisha. Adegan romantis diberikan dalam porsi wajar. Yang perlu menjadi catatan di sini adalah jelas diperlihatkan betapa Aisha seorang jetset dengan gaya hidup kelas tinggi, jauh berbeda dengan Fahri yang sebelumnya hidup serba prihatin dan seadanya. Segala kemewahan hidup dijalani dengan canggung oleh Fahri. Visualisasi keadaan ini lumayan bagus.


Kecelakaan Maria

Sekembali dari liburan Maria mendapati kenyataan yang mengguncang hidupnya bahwa Fahri telah menikah. Kekecewaan yang sedemikian hebat juga mempengaruhi Maria secara fisik, kondisinya semakin lemah. Hingga puncaknya adalah ketika ia mengalami kecelakaan yaitu tertabrak oleh sebuah mobil dan harus dirawat di rumah sakit (belakangan diketahui bahwa ini dilakukan oleh kaki tangan Bahadur untuk melenyapkan Maria yang merupakan saksi kunci)


The Conflict Begin …

Malam itu Ustadz Jalal yang merupakan paman Nurul mendatangi flat kediaman Fahri dan Aisha dengan tujuan hmmm … meminta agar Fahri menjadikan Nurul sebagai istri kedua. (Ini sama sekali nggak ada di novel kan? CMIIW). Aisha mendengar ini semua, belum lagi ketika Aisha membaca sms di HP Fahri dari Syaeful perihal Maria. Rasa cemburu Aisha makin membuncah. Malam itu juga terjadinya Fahri diangkut ke kantor kepolisian atas tuduhan perkosaan.


Penjara

Setelah adegan interogasi plus sedikit penyiksaan di kantor tahanan adegan berpindah ke dalam sel, Penggambaran suasana dalam sel benar-benar dibuat ekstrem dengan beberapa ekor tikus yang bertengger di wadah makan para napi. Anda tak akan menemui Profesor dan beberapa mahasiswa pendemo di dalam penjara ini seperti yang tertulis di novel, melainkan seorang yang agak eksentrik, nyeleneh, bahkan terkesan kurang waras. Namun sosok ini digambarkan mampu memberikan nasihat-nasihat untuk menguatkan Fahri dengan cara-caranya yang terbilang aneh namun cukup mengena. Fahri di sini terkesan rapuh dan ringkih, sama sekali jauh dari kematangan jiwa.
Sementara Aisha divisualisasikan mengalami kepanikan yang luar biasa. Dukungan sahabat-sahabat Fahri termasuk Nurul sangat membantu Aisha untuk mempersiapkan persidangan. Sebagai pembela adalah seorang pengacara dari Indonesia (hmmm sebenarnya agak kurang meyakinkan ya J).


Persidangan

Secara visual suasana persidangan terkesan sangat sempit dan padat. Digambarkan masing-masing pihak mengajukan saksi-saksi baik yang mendukung maupun yang memberatkan Fahri, antara lain si Pemburu burung hantu, Bahadur, dan Nurul. Usulan pengacara Fahri agar sidang ditunda menunggu hasil test DNA atas bayi yang akan dilahirkan Noura ditolak oleh persidangan. Kubu Fahri menguras pikiran atas kondisi yang kian terjepit. Kesimpulan akhir saksi kunci adalah Maria. Sebelumnya telah dicoba menelusuri Surat Cinta Noura yang pernah diberikan Fahri ke Syekh Usman, namun sayang tidak berhasil ditemukan.


Pencarian Maria

Hilangnya Maria dari Flat setelah kecelakaan yang dialaminya membuat kubu Fahri terutama Aisha melakukan pencarian atas keberadaan Maria. Aisha berhasil menemukan Maria yang dalam keadaan koma dan kritis. Madam Naheed ibunda Maria memberikan diary milik Maria untuk dibaca Aisha. Aisha shock namun dia berhasil tampil tegar. Ini dibuktikan dengan mencoba membuat rekaman suara Fahri sebagai terapi bagi koma Maria.
Karena terapi suara belum mampu memberikan pengaruh yang signifikan, akhirnya dengan bantuan pihak Dubes Jerman, Aisha berhasil menghadirkan Fahri di rumah sakit selama sekitar 3 jam untuk membantu menyembuhkan Maria. Usaha Fahri mengajak dialog Maria memberikan kemajuan atas aktivitas tanda-tanda vital kehidupan Maria. Fahri hanya mampu berkata sambil memandang Maria saja, ternyata itu tidak cukup.
Adegan mengharukan terjadi ketika Aisha memohon kepada Fahri agar menikahi Maria. Inilah sedikit kutipan perkataan Aisah “ … Nikahi Maria, dia membutuhkanmu untuk hidup, dan bayi dikandungan ini membutuhkan ayahnya …”


Pernikahan Fahri dan Maria

Dengan persiapan seadanya dan maria masih dalam kondisi koma pernikahan antara Fahri dan Maria dilangsungkan. Penggambaran sisi manusiawi Aisha divisualisasikan dengan Aisha yang diam-diam keluar ruangan tempat akad nikah dan berlari sambil menangis. Madam Naheed mencoba menghibur Aisha.
Dengan sentuhan Fahri akhirnya Maria berhasil terjaga dari komanya dan kemudian dikisahkan Maria mengucapkan kalimah syahadat.


Persidangan terakhir

Dengan kehadiran Maria sebagai saksi maka terungkap seluruh kebenaran. Hal ini diperkuat dengan pengakuan Noura bahwa pelaku perkosaan sebenarnya adalah bahadur, ayah tirinya. Fahri terbebas dari segala tuduhan dan Bahadur pun diamankan oleh aparat persidangan.


Drama 2 cinta dalam 1 atap

Maria kembali ke flat milik Aisha, drama poligami pun dimulai. Beberapa adegan menggelitik pun hadir dalam keseharian mereka. Sempat Aisha nyaris ke luar dari rumah karena terbakar cemburu. Namun justru karena kepolosan Fahri akhirnya mampu membuat ketiganya hidup berdampingan dalam bahagia.


Ending yang Menakjubkan

Di bagian ini saya salut atas improvisasi dari Hanung yang menyelamatkan Film ini kesan sebagai film drama romantis biasa. Dikisahkan ketika itu kandungan Aisha terasa sakit dan berbarengan dengan itu jantung Maria pun mengalami gangguan. Keduanya masuk ke dalam rumah sakit yang sama. Hingga suatu saat Maria meminta mereka bertiga untuk berkumpul. Kalimat yang sempat ia ucapkan “ … Maafkan aku, baru aku sadari bahwa mengagumi dan mencintai itu berbeda dengan memiliki. Maafkan aku …”. Maria meminta diajari shalat oleh Fahri. Adegan berlanjut dengan wudhu Maria dan berjamaahnya mereka bertiga dalam shalat. Hingga ketika salam Fahri dan Aisha tersadar bahwa ternyata Maria sudah tiada.

Tidak ada Maria berlari-lari dari satu pintu ke pintu syurga yang lain. Tidak ada adegan perbincangan antara Bunda Maria (Siti Maryam) dengan Maria sebagaimana di novel. Semua ini sangat bisa dimaklumi karena ini merupakan masalah yang sangat sensitive dan bersentuhan langsung dengan symbol suci agama lain dan tentu saja sangat sulit menvisualisasikan bagaimana syurga dan sosok Bunda Maria bukan?

Sekali lagi jempol bagi Hanung atas ending yang menakjubkan sekaligus menyentuh ini. Buat yang akan menonton, nggak akan menyesal melihat film ini.

11 komentar:

Anonim mengatakan...

Ass ww..
Nice Blog..
Wish U Succes where ever U R

Edi Muchlis - BATAM

http://edimuchlis.blogspot.com
http//:www.wsp.8m.net

Iman mengatakan...

Thanks berat ya bro, kasih kritikan ya :)

Anonim mengatakan...

Waduh jahat pisan euy......, masak diceritain detail begitu sih ang???? ntar yang belum nonton jadi tau. kesian hanungnya atuh.....

Iman mengatakan...

Oh ok deh, Judulnya dikasih tanda Spoiler hehehe

Anonim mengatakan...

assalaamu'alaikum
nice blog
aku jg ska ma ayat2 cinta
aku punya tmen org qatar
aku ceritain dia ttg ayat2 cinta
dan dia bilang
" very interest! "

Iman mengatakan...

Novel AAC ini memang luar biasa. Terakhir versi Indonesianya aja udah cetakan ke 27 kalau nggak salah :)

Imam mengatakan...

Gak diceritain soal insiden microphone? hehe...

Iman mengatakan...

Ane udah 2x nonton tapi kok nggak liat micriphone Mam?

Imam mengatakan...

Lihat di adegan pas waktu Aisha lagi di rumahnya Erbakan, waktu dia ngambek mau pulang ke Turki. Mikropon nya ada di adegan waktu nge-shoot Erbakan yang lagi duduk.

Anonim mengatakan...

Yang bikin sedih kata-kata terakhir di ending film disertai adegan Maria memakai gaun merah bersama Fahri di gurun pasir.
Kata-kata Maria, "aku rasa sungai Nil dan Mesir itu jodoh,.... , Insha Allah kamu sudah mendapatkan jodoh kamu, Fahri.
Lalu sosok Maria berganti jadi sosok Aisha dengan pakaian yang sama.
Ini seolah-olah menyiratkan jodoh Fahri yang sesungguhnya itu adalah Aisha.

Anonim mengatakan...

Yang bikin sedih kata-kata terakhir di ending film disertai adegan Maria memakai gaun merah bersama Fahri di gurun pasir.
Kata-kata Maria, "aku rasa sungai Nil dan Mesir itu jodoh,.... , Insha Allah kamu sudah mendapatkan jodoh kamu, Fahri."
Lalu sosok Maria berganti jadi sosok Aisha dengan pakaian yang sama.
Ini seolah-olah menyiratkan jodoh Fahri yang sesungguhnya itu adalah Aisha.